Abby II

Agustus 25, 2008 at 7:13 am (Abby (Anak Bbysu)) (, , , )

Hei, ini Abby lagi. Ada yang ingin kuceritakan lagi ke kalian. Kalau kalian mungkin belum baca ceritaku yang sebelumnya, mungkin lebih baik baca yang itu dulu. Akan lebih jelas tentang background aku. Jadi akan kumulai lagi aja yah.

*****

Dulu saat masih 15 tahun, kami, aku dan ayah, harus pindah dari tempat aku besar ke Yogyakarta. Dan di kota inilah aku bertemu Harry dan banyak juga hal yang terjadi. Kami harus pindah ke Yogya karena ayah sudah harus pindah dinas ke Kota Gudeg ini. Dan di tempat ini pula aku berkenalan dengan Henny dan kami menjadi teman dekat.

Aku dan Henny pun meneruskan ke SMA yang sama. Kami benar-benar tak terpisahkan saat itu. Bahkan saat Ayah menelpon dari rumah dan berpura-pura sakit aku tidak bisa langsung pulang karena saat itu Henny sedang mendapat masalah dengan ayahnya dan dia terus-terusan menangis. Dan dua hari setelah itu, Hennylah yang membantuku supaya ayah tidak cuek-cuekan lagi sama aku karena permainannya saat itu tidak berhasil. Kami bahkan pernah terlibat dalam cinta segitiga. Kami memperebutkan seorang anak laki-laki yang pindah setelah cawu kedua. Dan kami pun didamaikan oleh ibu guru kami waktu itu karena seluruh kelas pun jadi ikut-ikutan dalam perselisihan kami. Mengingat itu sekarang membuatku malu dan malu. Tapi menyenangkan.

Dan aku akan bercerita tentang aku dan anak laki-laki itu.

Tiga bulan aku dan Henny memperebutkan hati cowok itu. Well, nama dia Dhani. Dhani adalah pria yang cukup tampan dan menarik. Si Dhani ini mungkin tipe yang memiliki aura pria yang rapuh. Hal ini membuatku ingin terus berada didekatnya, memastikan dia baik-baik saja dan ingin sekali aku memeluknya saat dia termenung. Tampaknya perasaan ini juga muncul di dalam diri Henny. Saat aku bercerita kalau aku suka pada Dhani, Henny pun langsung mengatakan bahwa dia juga suka. Dia ini adalah orang yang sangat berbeda denganku, yang tidak mudah untuk berterus terang.

Pada bulan kedua, Henny mengatakan suka pada Dhani. Hal ini membuat kami bertengkar waktu itu. Ayah yang biasanya akan segera mengulurkan tangan saat aku butuh bantuan sudah angkat tangan saat itu. Dia bilang kami harus mengalaminya, menyelesaikannya sendiri dan suatu saat kami akan menyadari manfaatnya.

Selama satu bulan kami berselisih, kelas telah terbagi menjadi 3 sisi. Sisiku, sisi Henny, dan satu lagi, sisi orang-orang yang tidak ambil pusing terhadap apa yang terjadi. Ini cukup merepotkan guru kami. Dipanggilnya kami ke ruang BP untuk membicarakan masalah ini. Kami berdua mendapat tamparan saat mulai tuding menuding dan juga saling menyalahkan kekacauan yang ada di kelas. Selama 1-2 minggu guru kami melakukan bimbingan konseling dan bercerita tentang banyak hal kepada aku dan Henny. Beliau terus bercerita tentang persahabatan dan romansa. Selama bimbingan ini sebetulnya aku dan Henny setuju seperti berada dalam kelas dongeng, yah bisa dibilang sesi-sesi dalam bimbingan itu menyenangkan. Hal  yang mendamaikan kami kembali adalah perasaan rindu, entah bagaimana saat itu aku dan Henny mendapatkan jatah bangku bersebalahan lagi dan saat pulangnya kita berpelukkan sambil menangis. Mungkin kalo belum pernah dengar dua bisu menangis kalian tidak akanpercaya dengan suara sesenggukan yang keluar. Ayah pernah bilang padaku untuk tidak menangis lagi dengan suara, akan menakut-nakuti orang lain. Oh iya, Henny bisu dan tidak tuli. Jadi sama seperti aku, dia bisa mendengar hanya tak bersuara.

Pada saat umurku 16 tahun, aku dan Henny pernah membuat janji. “Kalaulah tidak ada pria yang mau menerima kami apa adanya, kami tidak peduli tidak menikah seumur hidup”. Yang akhirnya kami semua tampaknya salah. Henny sekarang bahkan sudah memiliki 3 orang anak.

Jadi kembali ke masalah Dhani. Dhani ini benar-benar anak yang pendiam. Tahu ada dua gadis yang sedang memperebutkannya dia tetap akan memandang kami dengan pandangan sayunya. Kasihan juga kalau kupikir saat itu. Seperti menjadi sumber masalah dari segala kekacauan yang terjadi di kelas. Saat teman-teman yang lain meledeknya, dia akan memandang mereka sambil tersenyum dengan pandangan sayunya. Melihat hal itu rasanya bulu kudukku berdiri dan ada dorongan kuat untuk memeluknya.

Satu bulan setelah aku dan Henny baikan, tampaknya sahabatku ini telah menemukan pria lain. Seorang penyanyi dari negri barat. Dia sangat telaten dalam kegiatan fans terhadap penyanyi tersebut. Dan semenjak itu pulalah aku telah mendapatkan kartu hijau untuk meneruskan pendekatan terhadap Dhani.

Kelas 2 caturwulan akhir sebelum ujian penjurusan, Dhanipun mengatakan suka padaku. Entah bagaimana saat itu aku memeluknya. Lalu saat itu selama 2 caturwulan kami jadi cukup dekat. Aku tak pernah mengatakan aku suka padanya. Hanya saja apa yang biasanya kuceritakan pada ayah dan Henny juga kuceritakan padanya. Aku senang saat dia bilang padaku kalau dia senang melihatku tertawa. Biasanya Henny dan ayah akan berkata lebih baik kalau aku tersenyum karena tawaku cukup keras dan suaranya sangat menganggu. Yah mungkin itu salah satu kelebihan yang bisa didapat bisu seperti aku kalau berkomunikasi dengan seorang bisu-tuli.

Saat mendekati EBTANAS, hubungan kami pun meregang dan kami tidak pernah bertemu lagi sejak aku lulus. Untuk catatan saja, Ayah dan Henny mengira aku dan Dhani berpacaran. Aku dan Dhani hanya menjalankan hubungan kami tanpa tindakan-tindakan orang-orang berpacaran. Hanya saja aku sering memeluknya saat dia melamun lalu dia akan bercerita tentang apa yang sedang dihadapinya. Hubungan kami mungkin mirip hubungan persahabatan ala orang barat. Kalau sekarang mungkin istilahnya adalah TTM kali ya? Bukan hubungan pria-wanita tapi persahabatan yang  kebablasan menurutku sih.

*****

7 tahun kemudian, aku telah menjadi tunangan Harry selama 8 setengah bulan. Aku dan Harry sedang bertengkar. Aku sedang marah karena Harry sering berpergian bersama teman-teman pecinta alamnya. Dan kegiatan mereka itu selalu hal-hal yang cukup beresiko dan tidak berada dalam lokasi yang dekat. Aku takut suatu hari aku mendapat telepon Harry berada di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan. Perasaanku benar-benar kalut tiap kali dia pergi. Tak pernah aku bisa tidur cukup lelap selama Harry naik gunung atau menjelajah gua atau mungkin sedang berkemah di suatu tempat entah letak tepatnya dimana.

Sebagai puncak frustasiku waktu itu aku melarangnya pergi ke Gunung Sumbing waktu itu, dan tambah membuatku jengkel dia kabur bersama teman-temannya; hal ini membuat hubungan kami meregang. Saat itulah aku menemukan Dhani mantan TTM-an masa SMAku di MIRC. Dia telah menjadi seorang pemeriksa keuangan di sebuah perusahaan yang cukup besar saat itu. Atau akuntan yah? Aku tak tahu. Aku sudah lupa.

Waktu itu dia mengajakku bertemu. Aku setuju, dan saat pertemuan itu, aku sangat terpana pada penampilannya. Dia menjadi lebih tampan dan tampak begitu dewasa. Mata sayunya tidak lagi mata rapuh, tapi menentramkan, aku yakin banyak wanita yang telah tunduk setelah mendapat tatapan matanya itu. Dan sepertinya dia juga terpana melihatku yang saat itu tentunya lebih cantik. Hahaha… Narsis dikit gapapa dong! Untuk catatan saja, saat itu aku sudah mandi dua kali sehari dan cukup memperhatikan tubuhku. Ini semua gara-gara artikel yang diberikan ayah tentang kecenderungan pria berselingkuh. Yah aku syukuri saja apa yang telah diberikan Tuhan padaku. Ya kan? Biarpun artikel itu juga membuatku semalaman mengintrogasi ayah dengan hubungannya bersama ibu. Ayah tetap bersyukur aku jadi mau merawat diri.

Setelah kami duduk dan saling berbasa-basi, dia menggambarkan ikan dan sebuah kotak. Aku cukup terpana padanya, tersenyum teduh padaku dan masih ingat apa yang dulu pernah kuceritakan padanya. Ya, fantasiku tentang kotak suaraku. Jujur saja saat itu aku kehilangan kepercayaan diri, dan membuat fantasi-fantasi lain sebagai hiburan regangnya hubunganku dengan Harry. Sambil dengan perasaan takjub akan pemandangan pria dewasa dan kepeduliannya padaku, aku setuju saja saat dia mengajakku ke sebuah tempat dimana aku bisa melihat Kota Jogja dengan cukup luas. Tak akan kuceritakan dimana itu karena itu tempat rahasianya (walaupun aku yakin pasti tempat itu sudah ramai sekarang oleh pasangan muda-mudi).

Disana, sambil memandang Kota Jogja, kami masing-masing bercerita tentang apa yang telah kami alami. Kuceritakan juga kegundahan hatiku saat itu terhadap Harry, yang sering kabur bersama teman-temannya dengan kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi. Saat aku mulai berhenti menggerakan tanganku dan menutup mata sejenak sambil menghela napas, dia memelukku dari belakang. Aku tak berusaha memberontak dan entah, saat itu aku hanya bisa bersandar di dadanya. Kami tak berbicara karena kami memang tak bisa bicara. Hehehe. Keluar air mataku saat itu, mengalir ke pipiku dan menetes di lengannya yang memelukku. Kurasakan ada air hangat yang menetes di dahiku. Dan saat itu juga aku tahu dia masih suka padaku.

*****

Jadi aku dan Dhani pun kembali seperti dulu lagi. Mau kalian sebut TTM, persahabatan yang kebablasan atau malah berselingkuh saat itu aku benar-benar tak peduli. Medapatkan seseorang untuk bercerita masalahku. Bukannya aku tak pernah lagi bercerita kepada ayah atau Henny lagi. Perasaan yang kudapat bersama Dhani benar-benar berbeda. Perasaan aman saat ada didekatnya, juga perasaan berdebar-debar dari jantungku saat bertemu dia. Nuraniku yang mengatakan bahwa apa yang kuperbuat adalah salah tampaknya kusalah artikan waktu itu.

Bila saja ayah dan Henny tahu aku sering bertemu dengan Dhani saat Harry pergi naik gunung atau sedang bertualang sambil bertaruh nyawa, pasti akan segera mengajak bicara dua banding satu dan membuatku melarikan diri dari mereka. Dan tidak menceritakan hal itu sepertinya adalah salah satu hal yang kulakukan untuk melarikan diri dari mereka. Pokoknya, peran Harry seperti telah digantikan oleh Dhani.

*****

Suatu saat aku tersadar bahwa orang yang sedang memelukku bukan Harry. Yah memang biasanya aku sudah sadar bahwa aku sedang dipeluk oleh laki-laki lain. Hanya saja aku baru tersadar bahwa pelukan pria itu kurasakan sebagai pelukan Harry. Bukan, bukan peran Harry yang digantikan oleh Dhani. Tapi Dhani memberikan apa yang biasa Harry lakukan dan selama itu aku tidak menganggap Dhani. Saat itu juga aku tersadar dan GOSH! What I’ve done? Aku telah memanfaatkan seseorang. Aku bahkan tidak menghargai Dhani. Hampir 6 tahun tidak pernah bertemu, dia masih sangat menyukaiku (dan hingga saat ini aku sangat takut untuk mengatakan bahwa dia mencintaiku). Disaat aku kehilangan sosok Harry, kucari dia dalam diri Dhani. Kurasakan perasaan yang selama ini kurasakan dari Harry. Tidak murni keberadaan Dhanilah yang membawa perasaan-perasaan aman dan nyaman itu, tapi harapan Dhani sebagai Harry-lah yang kurasakan membuatku aman dan nyaman saat bersamanya.

Kulepas dengan agak paksa pelukan Dhani, dengan pandangan bingung mencari apa masalahnya hingga aku melepas pelukannya. Kukatakan aku akan segera menghubunginya. Dia menemani aku mencari taksi, dan sebelum aku masuk ke taksi sore itu, dia memelukku berusaha mengatakan betapa dia sayang padaku. Segara kubawa pelukan itu sebagai pelukan antar teman, bukan sahabat.

*****

Segara saja saat aku sampai di kamarku aku memandang cermin mencari jalan terbaik untuk pikiranku yang sedang kalut. Kukatakan pada bayangan cerminku bagaimana aku telah membuang cerita hidupku,  membuang kotak suaraku karena kesepianku. Aku telah menelanku. Aku kehilangan harga diriku. Aku dan fantasiku. Aku terjatuh sangat dalam dan selama dua malam aku tak bisa tidur. Terus saja kupikirkan hubunganku dengan Harry, pantaskah aku untuk tetap bersamanya?

Paginya aku langsung bercerita pada ayah tentang apa yang telah kulakukan. Aku bercerita pada Henny. Mereka sangat kaget saat itu, ternyata mereka telah curiga saat aku jadi sering memiliki kegiatan di luar saat Harry pergi. Benar saja aku langsung duduk dengan 2 sahabatku itu, mendengarkan mereka dan mendapatkan banyak support dari mereka untuk mengatakannya kepada Harry.

Dengan begitu banyak dukungan dari ayah dan Henny, tentu saja aku bercerita pada Harry. Harry sangat terpukul. Dia meminta waktu untuk tidak bertemu denganku dulu. Aku tahu, saat itu dia pergi naik ke Kaliurang. Sepertinya dia menginap disana.

Dan selama tiga hari aku pun terus mencoba menghadapi pukulanku sendiri. Aku harus menanggung apa yang telah kulakukan. Biarpun ayah dan Henny terus mensupportku, aku tahu aku sendirilah yang harus keluar dari masalah ini. Dan pada hari ketiga Harry datang ke rumah dan memelukku. Kami berpelukan cukup lama sampai ayah keluar rumah dan menyuruh kami masuk. Memalukan bila dilihat tetangga katanya.

Harry meminta maaf karena selama itu dia telah egois. Sebagai gantinya, dia mengajakku untuk ikut bersama teman-temannya ke Bromo bulan berikutnya. Tentu saja aku langsung berusaha pergi dari sisinya. Dan dia menahan tanganku dan tertawa. Lalu aku pun memeluknya lagi.

Dan setelah kejadian itu, Harry berhenti dari kegiatannya mendaki gunung dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dia mulai serius melanjutkan proyek softwarenya. Yang hasilnya sangat memuaskan untuk membeli rumah yang kutempati bersamanya dan ayah.

Aku pun juga sadar saat itu aku telah mengekang Harry juga. Kuberi beberapa syarat untuknya bila dia ingin berkegiatan seperti dulu lagi bersama teman-teman pecinta alamnya. Dan kali ini tampaknya dia cukup berbaring di perahu dan mengambang di danau di depan rumah. Terlalu beresiko katanya, bisa kecelakaan yang tidak hanya membuatnya mungkin kehilangan nyawa, tapi juga kehilangan aku. Kucubit saat itu juga dia. Sambil berteriak dia akan segera kabur ke danau dengan perahu kayunya.

*****

Bagaimana dengan Dhani? Saat aku tersadar tentang tindakanku, aku minta maaf padanya, begitu juga dia. Kami pun berjanji untuk lebih baik tidak bertemu lagi. Sampai 4-5 tahun kemudian aku mendapat undangan pernikahannya dengan seorang wanita cantik dan tampak sangat anggun serta santun. Tapi tetap, aku lebih baik tak bertemu dengannya. Kudoakan semoga dia juga mendapatkan hidup yang bahagia bersama istrinya. Pesanku (entah kenapa aku selalu memberi pesan di tiap ceritaku), berhati-hatilah dalam berhubungan dan jaga hubunganmu itu dengan baik. Hargai dirimu dulu, baru hargai orang lain! Tapi tidak berarti kepentinganmu lebih penting dari kepentingan orang lain. Singkat kata, jangan dahulukan ego-mu!

3 Komentar

  1. budle said,

    belom ada yang baca yah?
    Kok lom ada yang komen…

    hehehe… biar rame aja deh….

  2. Atlas Marquee said,

    He……. kok ceritanya isinya tetap soal roman bro?

    Aku dah baca Abby yg pertama 3 bulan lalu…. Nggak kamu rubah ya? Kalo yg Abby II ini mayan lah… ada perkembangan di tata bahasanya…

    Dah ah… bye… hehe….. Met ultah yg ke 19 yah…

    Thank’s deh tlas…. Ya… met ultah buat kamu juga…. gak biasanya kamu nge-cek blog org? haha… btw thank’s alot…

  3. riska tung tung :p said,

    Budle tung tung,,,
    Koq jd selingkuh ya critanya? Haya2,,,
    Tapi untungnya gag berlanjut. ^^

    Aku lbh suka yg Abby I,,,hehehe.
    Tung tung!
    Toss Budle!

    toss deh ris…. hehe… Kan nggak selalu peran utama orgnya polos dan lugu Ris… hehe

Tinggalkan komentar