Abby II

Agustus 25, 2008 at 7:13 am (Abby (Anak Bbysu)) (, , , )

Hei, ini Abby lagi. Ada yang ingin kuceritakan lagi ke kalian. Kalau kalian mungkin belum baca ceritaku yang sebelumnya, mungkin lebih baik baca yang itu dulu. Akan lebih jelas tentang background aku. Jadi akan kumulai lagi aja yah.

*****

Dulu saat masih 15 tahun, kami, aku dan ayah, harus pindah dari tempat aku besar ke Yogyakarta. Dan di kota inilah aku bertemu Harry dan banyak juga hal yang terjadi. Kami harus pindah ke Yogya karena ayah sudah harus pindah dinas ke Kota Gudeg ini. Dan di tempat ini pula aku berkenalan dengan Henny dan kami menjadi teman dekat.

Aku dan Henny pun meneruskan ke SMA yang sama. Kami benar-benar tak terpisahkan saat itu. Bahkan saat Ayah menelpon dari rumah dan berpura-pura sakit aku tidak bisa langsung pulang karena saat itu Henny sedang mendapat masalah dengan ayahnya dan dia terus-terusan menangis. Dan dua hari setelah itu, Hennylah yang membantuku supaya ayah tidak cuek-cuekan lagi sama aku karena permainannya saat itu tidak berhasil. Kami bahkan pernah terlibat dalam cinta segitiga. Kami memperebutkan seorang anak laki-laki yang pindah setelah cawu kedua. Dan kami pun didamaikan oleh ibu guru kami waktu itu karena seluruh kelas pun jadi ikut-ikutan dalam perselisihan kami. Mengingat itu sekarang membuatku malu dan malu. Tapi menyenangkan.

Dan aku akan bercerita tentang aku dan anak laki-laki itu.

Tiga bulan aku dan Henny memperebutkan hati cowok itu. Well, nama dia Dhani. Dhani adalah pria yang cukup tampan dan menarik. Si Dhani ini mungkin tipe yang memiliki aura pria yang rapuh. Hal ini membuatku ingin terus berada didekatnya, memastikan dia baik-baik saja dan ingin sekali aku memeluknya saat dia termenung. Tampaknya perasaan ini juga muncul di dalam diri Henny. Saat aku bercerita kalau aku suka pada Dhani, Henny pun langsung mengatakan bahwa dia juga suka. Dia ini adalah orang yang sangat berbeda denganku, yang tidak mudah untuk berterus terang.

Pada bulan kedua, Henny mengatakan suka pada Dhani. Hal ini membuat kami bertengkar waktu itu. Ayah yang biasanya akan segera mengulurkan tangan saat aku butuh bantuan sudah angkat tangan saat itu. Dia bilang kami harus mengalaminya, menyelesaikannya sendiri dan suatu saat kami akan menyadari manfaatnya.

Selama satu bulan kami berselisih, kelas telah terbagi menjadi 3 sisi. Sisiku, sisi Henny, dan satu lagi, sisi orang-orang yang tidak ambil pusing terhadap apa yang terjadi. Ini cukup merepotkan guru kami. Dipanggilnya kami ke ruang BP untuk membicarakan masalah ini. Kami berdua mendapat tamparan saat mulai tuding menuding dan juga saling menyalahkan kekacauan yang ada di kelas. Selama 1-2 minggu guru kami melakukan bimbingan konseling dan bercerita tentang banyak hal kepada aku dan Henny. Beliau terus bercerita tentang persahabatan dan romansa. Selama bimbingan ini sebetulnya aku dan Henny setuju seperti berada dalam kelas dongeng, yah bisa dibilang sesi-sesi dalam bimbingan itu menyenangkan. Hal  yang mendamaikan kami kembali adalah perasaan rindu, entah bagaimana saat itu aku dan Henny mendapatkan jatah bangku bersebalahan lagi dan saat pulangnya kita berpelukkan sambil menangis. Mungkin kalo belum pernah dengar dua bisu menangis kalian tidak akanpercaya dengan suara sesenggukan yang keluar. Ayah pernah bilang padaku untuk tidak menangis lagi dengan suara, akan menakut-nakuti orang lain. Oh iya, Henny bisu dan tidak tuli. Jadi sama seperti aku, dia bisa mendengar hanya tak bersuara.

Pada saat umurku 16 tahun, aku dan Henny pernah membuat janji. “Kalaulah tidak ada pria yang mau menerima kami apa adanya, kami tidak peduli tidak menikah seumur hidup”. Yang akhirnya kami semua tampaknya salah. Henny sekarang bahkan sudah memiliki 3 orang anak.

Jadi kembali ke masalah Dhani. Dhani ini benar-benar anak yang pendiam. Tahu ada dua gadis yang sedang memperebutkannya dia tetap akan memandang kami dengan pandangan sayunya. Kasihan juga kalau kupikir saat itu. Seperti menjadi sumber masalah dari segala kekacauan yang terjadi di kelas. Saat teman-teman yang lain meledeknya, dia akan memandang mereka sambil tersenyum dengan pandangan sayunya. Melihat hal itu rasanya bulu kudukku berdiri dan ada dorongan kuat untuk memeluknya.

Satu bulan setelah aku dan Henny baikan, tampaknya sahabatku ini telah menemukan pria lain. Seorang penyanyi dari negri barat. Dia sangat telaten dalam kegiatan fans terhadap penyanyi tersebut. Dan semenjak itu pulalah aku telah mendapatkan kartu hijau untuk meneruskan pendekatan terhadap Dhani.

Kelas 2 caturwulan akhir sebelum ujian penjurusan, Dhanipun mengatakan suka padaku. Entah bagaimana saat itu aku memeluknya. Lalu saat itu selama 2 caturwulan kami jadi cukup dekat. Aku tak pernah mengatakan aku suka padanya. Hanya saja apa yang biasanya kuceritakan pada ayah dan Henny juga kuceritakan padanya. Aku senang saat dia bilang padaku kalau dia senang melihatku tertawa. Biasanya Henny dan ayah akan berkata lebih baik kalau aku tersenyum karena tawaku cukup keras dan suaranya sangat menganggu. Yah mungkin itu salah satu kelebihan yang bisa didapat bisu seperti aku kalau berkomunikasi dengan seorang bisu-tuli.

Saat mendekati EBTANAS, hubungan kami pun meregang dan kami tidak pernah bertemu lagi sejak aku lulus. Untuk catatan saja, Ayah dan Henny mengira aku dan Dhani berpacaran. Aku dan Dhani hanya menjalankan hubungan kami tanpa tindakan-tindakan orang-orang berpacaran. Hanya saja aku sering memeluknya saat dia melamun lalu dia akan bercerita tentang apa yang sedang dihadapinya. Hubungan kami mungkin mirip hubungan persahabatan ala orang barat. Kalau sekarang mungkin istilahnya adalah TTM kali ya? Bukan hubungan pria-wanita tapi persahabatan yang  kebablasan menurutku sih.

*****

7 tahun kemudian, aku telah menjadi tunangan Harry selama 8 setengah bulan. Aku dan Harry sedang bertengkar. Aku sedang marah karena Harry sering berpergian bersama teman-teman pecinta alamnya. Dan kegiatan mereka itu selalu hal-hal yang cukup beresiko dan tidak berada dalam lokasi yang dekat. Aku takut suatu hari aku mendapat telepon Harry berada di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan. Perasaanku benar-benar kalut tiap kali dia pergi. Tak pernah aku bisa tidur cukup lelap selama Harry naik gunung atau menjelajah gua atau mungkin sedang berkemah di suatu tempat entah letak tepatnya dimana.

Sebagai puncak frustasiku waktu itu aku melarangnya pergi ke Gunung Sumbing waktu itu, dan tambah membuatku jengkel dia kabur bersama teman-temannya; hal ini membuat hubungan kami meregang. Saat itulah aku menemukan Dhani mantan TTM-an masa SMAku di MIRC. Dia telah menjadi seorang pemeriksa keuangan di sebuah perusahaan yang cukup besar saat itu. Atau akuntan yah? Aku tak tahu. Aku sudah lupa.

Waktu itu dia mengajakku bertemu. Aku setuju, dan saat pertemuan itu, aku sangat terpana pada penampilannya. Dia menjadi lebih tampan dan tampak begitu dewasa. Mata sayunya tidak lagi mata rapuh, tapi menentramkan, aku yakin banyak wanita yang telah tunduk setelah mendapat tatapan matanya itu. Dan sepertinya dia juga terpana melihatku yang saat itu tentunya lebih cantik. Hahaha… Narsis dikit gapapa dong! Untuk catatan saja, saat itu aku sudah mandi dua kali sehari dan cukup memperhatikan tubuhku. Ini semua gara-gara artikel yang diberikan ayah tentang kecenderungan pria berselingkuh. Yah aku syukuri saja apa yang telah diberikan Tuhan padaku. Ya kan? Biarpun artikel itu juga membuatku semalaman mengintrogasi ayah dengan hubungannya bersama ibu. Ayah tetap bersyukur aku jadi mau merawat diri.

Setelah kami duduk dan saling berbasa-basi, dia menggambarkan ikan dan sebuah kotak. Aku cukup terpana padanya, tersenyum teduh padaku dan masih ingat apa yang dulu pernah kuceritakan padanya. Ya, fantasiku tentang kotak suaraku. Jujur saja saat itu aku kehilangan kepercayaan diri, dan membuat fantasi-fantasi lain sebagai hiburan regangnya hubunganku dengan Harry. Sambil dengan perasaan takjub akan pemandangan pria dewasa dan kepeduliannya padaku, aku setuju saja saat dia mengajakku ke sebuah tempat dimana aku bisa melihat Kota Jogja dengan cukup luas. Tak akan kuceritakan dimana itu karena itu tempat rahasianya (walaupun aku yakin pasti tempat itu sudah ramai sekarang oleh pasangan muda-mudi).

Disana, sambil memandang Kota Jogja, kami masing-masing bercerita tentang apa yang telah kami alami. Kuceritakan juga kegundahan hatiku saat itu terhadap Harry, yang sering kabur bersama teman-temannya dengan kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi. Saat aku mulai berhenti menggerakan tanganku dan menutup mata sejenak sambil menghela napas, dia memelukku dari belakang. Aku tak berusaha memberontak dan entah, saat itu aku hanya bisa bersandar di dadanya. Kami tak berbicara karena kami memang tak bisa bicara. Hehehe. Keluar air mataku saat itu, mengalir ke pipiku dan menetes di lengannya yang memelukku. Kurasakan ada air hangat yang menetes di dahiku. Dan saat itu juga aku tahu dia masih suka padaku.

*****

Jadi aku dan Dhani pun kembali seperti dulu lagi. Mau kalian sebut TTM, persahabatan yang kebablasan atau malah berselingkuh saat itu aku benar-benar tak peduli. Medapatkan seseorang untuk bercerita masalahku. Bukannya aku tak pernah lagi bercerita kepada ayah atau Henny lagi. Perasaan yang kudapat bersama Dhani benar-benar berbeda. Perasaan aman saat ada didekatnya, juga perasaan berdebar-debar dari jantungku saat bertemu dia. Nuraniku yang mengatakan bahwa apa yang kuperbuat adalah salah tampaknya kusalah artikan waktu itu.

Bila saja ayah dan Henny tahu aku sering bertemu dengan Dhani saat Harry pergi naik gunung atau sedang bertualang sambil bertaruh nyawa, pasti akan segera mengajak bicara dua banding satu dan membuatku melarikan diri dari mereka. Dan tidak menceritakan hal itu sepertinya adalah salah satu hal yang kulakukan untuk melarikan diri dari mereka. Pokoknya, peran Harry seperti telah digantikan oleh Dhani.

*****

Suatu saat aku tersadar bahwa orang yang sedang memelukku bukan Harry. Yah memang biasanya aku sudah sadar bahwa aku sedang dipeluk oleh laki-laki lain. Hanya saja aku baru tersadar bahwa pelukan pria itu kurasakan sebagai pelukan Harry. Bukan, bukan peran Harry yang digantikan oleh Dhani. Tapi Dhani memberikan apa yang biasa Harry lakukan dan selama itu aku tidak menganggap Dhani. Saat itu juga aku tersadar dan GOSH! What I’ve done? Aku telah memanfaatkan seseorang. Aku bahkan tidak menghargai Dhani. Hampir 6 tahun tidak pernah bertemu, dia masih sangat menyukaiku (dan hingga saat ini aku sangat takut untuk mengatakan bahwa dia mencintaiku). Disaat aku kehilangan sosok Harry, kucari dia dalam diri Dhani. Kurasakan perasaan yang selama ini kurasakan dari Harry. Tidak murni keberadaan Dhanilah yang membawa perasaan-perasaan aman dan nyaman itu, tapi harapan Dhani sebagai Harry-lah yang kurasakan membuatku aman dan nyaman saat bersamanya.

Kulepas dengan agak paksa pelukan Dhani, dengan pandangan bingung mencari apa masalahnya hingga aku melepas pelukannya. Kukatakan aku akan segera menghubunginya. Dia menemani aku mencari taksi, dan sebelum aku masuk ke taksi sore itu, dia memelukku berusaha mengatakan betapa dia sayang padaku. Segara kubawa pelukan itu sebagai pelukan antar teman, bukan sahabat.

*****

Segara saja saat aku sampai di kamarku aku memandang cermin mencari jalan terbaik untuk pikiranku yang sedang kalut. Kukatakan pada bayangan cerminku bagaimana aku telah membuang cerita hidupku,  membuang kotak suaraku karena kesepianku. Aku telah menelanku. Aku kehilangan harga diriku. Aku dan fantasiku. Aku terjatuh sangat dalam dan selama dua malam aku tak bisa tidur. Terus saja kupikirkan hubunganku dengan Harry, pantaskah aku untuk tetap bersamanya?

Paginya aku langsung bercerita pada ayah tentang apa yang telah kulakukan. Aku bercerita pada Henny. Mereka sangat kaget saat itu, ternyata mereka telah curiga saat aku jadi sering memiliki kegiatan di luar saat Harry pergi. Benar saja aku langsung duduk dengan 2 sahabatku itu, mendengarkan mereka dan mendapatkan banyak support dari mereka untuk mengatakannya kepada Harry.

Dengan begitu banyak dukungan dari ayah dan Henny, tentu saja aku bercerita pada Harry. Harry sangat terpukul. Dia meminta waktu untuk tidak bertemu denganku dulu. Aku tahu, saat itu dia pergi naik ke Kaliurang. Sepertinya dia menginap disana.

Dan selama tiga hari aku pun terus mencoba menghadapi pukulanku sendiri. Aku harus menanggung apa yang telah kulakukan. Biarpun ayah dan Henny terus mensupportku, aku tahu aku sendirilah yang harus keluar dari masalah ini. Dan pada hari ketiga Harry datang ke rumah dan memelukku. Kami berpelukan cukup lama sampai ayah keluar rumah dan menyuruh kami masuk. Memalukan bila dilihat tetangga katanya.

Harry meminta maaf karena selama itu dia telah egois. Sebagai gantinya, dia mengajakku untuk ikut bersama teman-temannya ke Bromo bulan berikutnya. Tentu saja aku langsung berusaha pergi dari sisinya. Dan dia menahan tanganku dan tertawa. Lalu aku pun memeluknya lagi.

Dan setelah kejadian itu, Harry berhenti dari kegiatannya mendaki gunung dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dia mulai serius melanjutkan proyek softwarenya. Yang hasilnya sangat memuaskan untuk membeli rumah yang kutempati bersamanya dan ayah.

Aku pun juga sadar saat itu aku telah mengekang Harry juga. Kuberi beberapa syarat untuknya bila dia ingin berkegiatan seperti dulu lagi bersama teman-teman pecinta alamnya. Dan kali ini tampaknya dia cukup berbaring di perahu dan mengambang di danau di depan rumah. Terlalu beresiko katanya, bisa kecelakaan yang tidak hanya membuatnya mungkin kehilangan nyawa, tapi juga kehilangan aku. Kucubit saat itu juga dia. Sambil berteriak dia akan segera kabur ke danau dengan perahu kayunya.

*****

Bagaimana dengan Dhani? Saat aku tersadar tentang tindakanku, aku minta maaf padanya, begitu juga dia. Kami pun berjanji untuk lebih baik tidak bertemu lagi. Sampai 4-5 tahun kemudian aku mendapat undangan pernikahannya dengan seorang wanita cantik dan tampak sangat anggun serta santun. Tapi tetap, aku lebih baik tak bertemu dengannya. Kudoakan semoga dia juga mendapatkan hidup yang bahagia bersama istrinya. Pesanku (entah kenapa aku selalu memberi pesan di tiap ceritaku), berhati-hatilah dalam berhubungan dan jaga hubunganmu itu dengan baik. Hargai dirimu dulu, baru hargai orang lain! Tapi tidak berarti kepentinganmu lebih penting dari kepentingan orang lain. Singkat kata, jangan dahulukan ego-mu!

Permalink 3 Komentar

Abby

Agustus 23, 2008 at 7:41 am (Abby (Anak Bbysu)) (, , )

Hai kenalin, namaku Abby. Akan aku ceritakan kisahku. Sedikit saja dan semoga ini berguna bagi kalian yang membacanya. Aku bisu. Aku bisu sejak aku dilahirkan. Aku tak punya kakak maupun adik. Aku adalah anak satu-satunya yg dimiliki oleh orangtuaku. Rahim ibuku tidak cukup kuat untuk mengandung anak yang normal. Mungkin itu sebabnya aku terlahir dengan bisu. Dan juga mungkin itu juga penyebab aku dan ayah kehilangan ibu serta bayi yang dikandungnya saat aku berumur 13 tahun.

Pada saat itu aku sedang mengalami masa yang berat menghadapi pandangan orang-orang terhadap kebisuanku serta usahaku untuk menerima kebisuanku. Biasanya ibulah orang yang mensupport aku, ibulah orang yg memotivasi aku untuk terus menjalani hidupku. Dan kehilangan ibu membuatku mengurung diri di dalam rumah tak mau bicara dengan siapapun selama tiga hari. Yah, aku tak bicara saat itu bukan hanya karena aku tak bisa. Tapi saat aku mencoba untuk berbicara pada orang-orang disekitarku yang berusaha menghiburku malah membuatku terjatuh sangat dalam. Saat aku mencoba berkata “Aku nggak papa, aku akan kuat menghadapi ini!” dengan bahasa isyarat, aku mendengar suara-suara aneh yang tak ingin kudengar. Dan aku akan mulai terdiam dan menangis.

Aku sadar bahwa aku tak seperti yang ingin aku katakan pada mereka. Aku tak kuat menghadapi masalah ini. Mungkin aku kuat kehilangan ibu. Tapi aku tak kuat menghadapi bahwa AKU BISU! Dan aku kehilangan satu-satunya orang yang mengerti akan diriku. Guruku di sekolah yang selalu berkata bahwa dia tahu apa yang aku alami, tahu perasaanku, dan sangat sok mengenal diriku dan mengatakan hal-hal yang membuatku terjatuh lebih dalam. Teman-temanku juga masih berusaha untuk menerima keadaan mereka yang bisu dan mungkin yang bisu-tuli. Tapi ibuku yang mensupportku malah pergi. Ibu meninggalkanku saat seorang di dalam angkatan umum berbisik-bisik dengan temannya tentang diriku yg bisu ini. Ibu meninggalkanku saat aku sedang tergila-gila dengan boyband tapi tak dapat menyanyikan lagu-lagu mereka karena aku bisu. Ibuku meninggalkanku. Dia meninggalkanku.

Dan saat itu yang tersisa adalah aku dan ayah. Tiga hari setelah kepergian ibu, ayah diberikan satu minggu liburan di Yogyakarta bersama aku. Dan pada liburan itulah aku tersadar bahwa ayah lebih kehilangan ibu. Aku tersadar mengapa perusahaan ayah memberikan libur kepada ayah selama satu minggu. Ayah tertawa secara tidak wajar pada candaan yang diberikan teman tour kami atau tour guide kami. Dan aku menamparnya saat ayah tertawa tidak wajar saat aku memperlihatkan sebuah anekdot di koran lokal yang aku beli di tempat kami menginap. Ayah diam dan kemudian memelukku lalu mulai terisak dan bercerita betapa aku mirip ibu. Sejak itulah hubungan kami bukan lagi Ayah dan anak. Kami menjadi teman. Ayah tak lagi menjaga imagenya sebagai orang yang harus dan bisa diandalkan. Aku mungkin menemukan ayah seperti ibu menemukan ayah. Aku tak lagi merasakan perbedaan umur antara kami. Ayah yang dulu hanya tersenyum saat melihatku ketakutan dengan kecoa, kini dia akan menertawaiku. Kini dia bercerita tentang ketergilaannya terhadap seorang aktris Bollywood. Bahkan secara semena-mena mengatakan bahwa umurku tidak akan lama lagi setelah aku mengatakan ada darah yang keluar dari vaginaku dan tertawa setelah aku mulai menangis. Ayah benar-benar tak lagi bersikap menjadi ayahku, dia adalah sahabatku.

Dan setelah satu dua tahun aku kehilangan ibu, dan mendapat sahabat baru, aku telah bisa menerima kebisuanku. Mungkin tidak seratus persen aku menerimanya. Walaupun aku senang saat teman-temanku tertawa dengan cara aku menirukan mimik dan kata-kata yang kudengar di TV oleh para Artis hingga para pejabat negara, aku tetap benci pada para ibu-ibu. Mereka selalu bersikap hati-hati agar tak melukai perasaanku dan sangat simpatik terhadap kekuranganku ini. Hal ini malah membuatku merasa bahwa aku tidak bisa berbaur dengan orang lain.

Aku sudah bangga dengan diriku. Aku bangga akan keadaanku dan aku tak ada masalah yang berarti untuk berbicara kepada orang-orang yang tak bisa berbahasa isyarat karena aku selalu membawa sebuah nota kecil serta pulpen untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tetapi aku tetap ak pernah bisa menyembunyikan keinginanku dan impianku untuk memiliki suara. Aku selalu berpikir bahwa ayah dan ibu dulu mengambilku dari sebuah pantai. Bahwa aku adalah seorang anak ratu putri duyung yang dibuang ke darat untuk menyelamatkanku dari para putri duyung yang ingin merebut kekuasaan dari ibuku yang sebebnarnya dan aku. Dan untuk membuatku tampak seperti manusia suaraku harus diambil agar tak dicurigai sebagai putri duyung dan memiliki kaki. Dan aku percaya suatu saat akan ada seseorang yang datang kepadaku membawa sebuah kotak berisi pita suaraku.

Ayah yang dulu pernah kuberi tahu dan kukatanyai memungutku dari pantai mana dan membuatnya hingga sekarang memanggilku dengan kata Lil’ maid. Dia menyingkat kata little mermaid menjadi lil’ maid dan membuatku tertawa bersamanya.

*****

Aku yang kemarin tidak mempermasalahkan kebisuanku dan berpikir tak akan mempermasalahkan bila suatu hari aku tak akan mempunyai suami. Aku yang kemarin berikir bahwa perasaan suka itu bisa dihadapi dengan mudah hingga saat ini menarik kata-kataku. Aku yang sekarang ini kebingungan dengan cinta pada pandangan pertama yang sangat dimungkinkan adalah cinta monyet. Aku bertemu dengan temanku yang sering mengajariku tentang komputer dan aku dikenalkannya kepada seorang pria. Padahal pria ini hanya menyebutkan namanya dan tersenyum, tapi aku sangat ingin meilihat senyumnya lagi. Aku tak kuasa dengan hasrat ini. Padahal perasaan ini kuyakini sebagai cinta monyet. Apa jadinya bila suatu saat aku menemukan pria yang benar-benar tipeku dan aku jatuh cinta kepadanya? Benar juga kata ayah, mau dimanipulasi atau ditahan-tahan seperti apa, cinta bakal menemui kita dan kita tak mungkin bisa terus lari darinya.

Semalaman aku berusaha untuk tak memikirkan pria yang tadi siang kutemui. Tapi hasilnya aku malah berimajinasi tentang dia menjadi suamiku. Tentang bagaimana hal itu bisa terjadi. Tentang dia melawan ayahku untuk mendapatkan kotak suaraku yang disimpannya. Tentang dia hidup di atas kapal laut dan aku akan berenang ke atas permukaan untuk menemuinya dari istana di dalam laut. Dan segala macam fantasi gilaku lainnya. Hingga tadi sore aku chatting di Yahoo! Messenger, ada seseorang yg mengirimiku sebuah mail dan mengajakku mengobrol. Dia adalah pria yang dikenalkan temanku padaku kemarin.

Kami pun ngobrol banyak, dan dia menyampaikan keinginannya untuk belajar bahasa isyarat padaku dan sebagai gantinya dia yang akan mengajariku komputer. Dia bilang kalau temanku sudah setuju bila dia menggatikannya mengajariku tenang komputer. Hal ini membuatku melayang. Aku merasa bahwa dia menyukaiku. Lalu kami pun membuat jadwal untuk bertemu. Senin dan Rabu aku mengajarinya bahasa isyarat dan hari Sabtu dia mengajariku komputer.

*****

Pria ini benar-benar membuatku tergila-gila. Entah dia menjaga imagenya dengan sok berjual mahal atau itu memang sikapnya padaku aku tak tahu. Orang kan suka jual mahal terhadap orang yang mereka sukai. Makanya beberapa kali aku mencoba untuk tak memperlihatkan ketertarikanku pada dirinya dan tak lagi menjadi orang yang membuka percakapan. Saat aku mencoba untuk tak membuka percakapan, pertemuan kami malah jadi kikuk dan aneh. Pria ini tipe pria yang mungkin masih hijau berurusan dengan cewek hancur macam aku. Mungkin dia bingung dengan perubahanku yang berkurang dalam komunikasi dan mencoba apakah dia akan peduli dan akan menanyakan perubahanku. Dan pada saat-saat inilah aku tersadar bahwa dia tidak mengharapkan hubungan kami menjadi spesial.

Inilah juga saat-saat cinta sangat menyakitkan. Aku bercerita pada ayah betapa sakitnya hatiku saat melihat dia lebih enjoy kepada teman-teman prianya dan bisa tertawa lepas daripada saat aku bersamanya. Aku merasa sakit hati saat tahu bahwa aku tidak mengenal pria ini sebenarnya. Aku merasa kenal dirinya, tapi saat aku dan temanku berkumpul bersama dia dan teman-temannya aku kehilangan image pria ini dari otakku. Aku tak lagi mengenalnya dan aku hanya akan bisa ikut senang saat dia tersenyum melihat hal-hal yang konyol dan tahu bahwa dia bahagia.

Baiklah nama pria ini adalah Harry. Sebetulnya agak keterlaluan juga aku baru memberitahukan namanya sekarang. Aku baru merasa aneh setelah cukup banyak bercerita tentangnya tapi belum menyebutkan namanya.

Ayah memberitahukan bahwa mungkin pria ini sedang mencoba menarik perhatianku dan menjaga imagenya untuk menarik perhatianku. Tetapi ayah juga bilang bahwa pria yang bisa tak banyak tingkah dan tak terlalu ambil urusan terhadap wanita yang sedang dia taksir saat melihat perubahan terjad pada wanita itu berarti pria ini sangat ahli dan sangatlah sedikit pria bisa menahan keingintahuan mereka terhadap apa yang terjadi pada wanita yang mereka kasihi. Jadi ayah bilang bahwa kemungkinan besar bahwa pria ini tidak tertarik padaku.

Aku mengalami masa-masa sulit sejak saat itu. Aku yang biasanya menanti-nantikan pertemuan kami tiap hari senin, dan sabtu (rabu sudah dirasa tak perlu karena dia sudah cukup ahli dalam berbahasa isyarat). Berharap bahwa pada pertemuan kami selanjutnya dia akan membawa bunga dan memelukku sambil berkata bahwa dia sangat suka padaku.

Sambil terus berpikir seperti itu sebelum pertemuan berlangsung, selama pertemuan aku terus menikmati keberadaan dirinya di dekatku tanpa lagi berpikir bahwa dia menyukaiku atau tidak. Aku akan menikmati kehadirannya disisiku selama mungkin. Aku sudah terlalu sakit hati untuk berharap dan kemudian dihempaskan lagi ke tanah keras-keras dengan sikapnya yang menurutku tidak membuatnya nyaman.

*****

Aku kehilangan kepercayaan diriku, aku mulai berpikir lagi tentang kebisuanku. Aku mulai percaya dengan fantasi kotak suaraku dan berharap tentang kebenaran fantasi itu lagi. Aku mulai menyalahkan kebisuanku hingga pria ini tidak tertarik padaku. Bisa kukatakan kalau secara fisik aku tidak kalah dengan artis-artis remaja yang tampil di TV. Hanya saja aku tak pernah merawatnya hingga kulit tubuhku agak matang. Aku hanya mandi sekali sehari sebelum mulai berkegiatan. Dan aku sangat jarang pergi ke salon untuk melakukan perawatan. Menurutku itu hanya sikap hedonisme orang-orang kaya. Aku benci kepada hal itu. Mungkin idealis yang ingin kutampakkan, tapi sebetulnya aku sadar,”I can’t afford that life.”

Jadi satu-satunya alasan bila jarang ada pria yang melirikku, adalah kebisuanku. Dulu saat aku berumur 16 tahu aku berkata pada diriku sendiri bahwa tak perlu ada pria bila mereka ak menerima keadaanku yang bisu ini. tapi hari ini aku berpikir tentang diriku yang berbicara dengan merdu. Diriku yang bersama seorang pria, yang saling mencintai. Diriku yang sedang dikuatkan dengan dipeluk dari belakang. Diriku yang lain, yang palsu dan yang tak nyata.

Ayahlah yang menggenggam tanganku saat aku dalam kebimbangan ini bersama Henny, sahabatku sejak aku smp kelas 3. Selain ayah, hanya dia yang bisa kuajak bercerita tentang segala hal. Namun aku mulai mengurangi bercerita tentang masalahku kepada Henny. Aku ingin dia bercerita terlebih dahulu tentang masalahnya. Orang tuanya sedang ada masalah dan aku tak ingin menambah beban pikirannya dengan masalah kehilangan prinsip-anak-remajaku ini.

*****

Ah… sudahlah. Aku akan terus berusaha melupakan pria-pria yang akan datang kepadaku. Aku percaya akan masih banyak lagi cinta-cinta monyet yang tak akan kumenangkan setelah aku melupakan cintaku pada Harry. Aku tak akan peduli sesakit apa hati ini bila harapan ini tak akan menjadi nyata. Aku tak mau lagi peduli apabila hempasan ini akan makin berat saat aku berusaha memenangkan semua permainan dan perasaan ini. Tapi satu hal yang telah kuputuskan. Seperti apa yang telah beratus-ratus kali dikatakan oleh Ayah dan Henny. Akan kukatakan perasaanku yang sebenarnya kepada pria yang singgap dihatiku dan mampu membuatku melayang tinggi. Maybe I can’t talk to them, but I’ll tell them and I will not let them drop me down to the earth before I tell them what I feel about them. And Yes, I WILL!

*****

Pagi ini aku terbangun oleh suara alarm. Sangat menyegarkan terbangun pagi hari dengan mencium aroma kayu dan dedaunan pohon pinus di sekitar rumah. Sambil menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga kecilku, aku memandang pemandangan yg berada di seberang jendela ruang makan. Sebuah danau buatan di tengah pepohonan pinus tinggi, menyaring cahaya matahari terbit yang melalui jendela ruang makan yang telah kubuka gordennya. Hmm… perasaanku terasa sangat damai. Tempat ini, rumah ini sangat menenangkan hatiku. Setelah aku selesai menggoreng nasi sisa kemarin malam yang cukup banyak untuk sarapan, aku bergegas membangunkan Ayah yang pasti tak akan pernah mau bangun kecuali kubangunkan. Tampaknya tempat ini sangat memanjakannya hingga dia sudah tak mau lagi berdisiplin-ria seperti dulu lagi. Ini membuatku sebal kepadanya dan dia selalu bisa membuatku lupa akan kesebalanku kepada sikap malas-malasannya setelah dia tersenyum sambil mencium keningku.

Saat aku sedang menuju kamar Ayah, aku mendengar suara pintu depan dibuka dan suara seorang pria yang setengah berteriak,”Huuuneeey! Aku pulaaang! Sarapannya udah siap belooom?”

Dan aku pun tersenyum lalu melanjutkan langkahku lagi ke kamar Ayah untuk membangunkannya. Setelah meninggalkan ayah menyegarkan diri di kamar mandinya, aku menuju ke kamar untuk membereskan tempat tidur. Lalu saat aku mengambil selimut, ada sebuah tangan yang kuat menarikku ke dalam pelukan pemilik tangan tersebut , “Hmmmh… pagi-pagi begini udah bau wangi. Sini biar aku cium baumu lagi”

Aku meronta dan tersenyum kepada si pemilik tangan itu. Lalu kami pun berciuman. Tapi tak berselang lama pintu terbuka dan wajah Ayah sudah nongol di hadapan kami,”Harry brengsek! lepasin anakku! Biar dia layanin sarapanku dulu sebelum mulai aneh-aneh! Sini ‘Lil Maid! Aku udah laper!” kata ayah sambil berjalan pergi ke arah ruang makan dan teriak-teriak padaku, memaksa romantika itu untuk segera berakhir. Harry bersungut-sungut sambil menyuruhku segera ke ruang makan sambil berkata akan segera kesana sambil mengganti bajunya.

Ya, aku dan Harry menikah. Sehari setelah aku mengatakan perasaanku padanya dengan bahasa isyarat sambil menuliskan beberapa kata di kertas, Harry melamarku dengan bahasa isyaratnya yang katanya dia siapkan untuk satu bulan lagi saat uangnya sudah cukup untuk membeli cincin yang dia pesan sejak 3 bulan setelah aku dan dia rutin bertemu untuk mengajarinya bahasa isyarat dan dia mengajariku segala hal tentang komputer. Dan dia bilang cincinnya akan menyusul sebulan kemudian.

Aku menangis dan tak mau berkata-kata karena memang aku tak bisa. Hahaha… Aku memelukknya untuk menerima lamarannya dan kami menikah dua tahun kemudian setelah program buatannya diterima oleh sebuah perusahaan Software ternama. Dia membeli tanah cukup luas dengan uang yang didapatnya, membangun Hutan Pinus, serta danau buatan yang luasnya kira-kira 1km persegi. Juga sebuah rumah kayu atau tepanya pondok kayu di tengah hutan dan menghadap danau. Tempat ini adalah impiannya dan menjadi kesenangan Ayah dan aku.

Tiga tahun setelah pernikahan aku diberkahi seorang anak laki-laki. Yang sangat membahagiakanku dia tidak kurang suatu apapun. Dia terlahir normal. Ayah sangat lega saat mengetahui kalau rahimku tidak lemah seperti milik mendiang ibu. Dia memaksa kami untuk segera punya anak lagi setelah mengetahui hal tersebut. Dan Harry tampak sangat kebingungan selama 2-3 hari melihat bayi laki-laki kecil kami. Dia belum percaya bahwa dia telah menjadi seorang ayah.

*****

Lalu bagaimana dengan fantasi kotak suaraku? Fantasi itu sudah tak kuperlukan lagi.Karena fantasi itu sudah bukan fantasi lagi. Itu adalah cerita hidupku. Telah kutemukan kotak suaraku. Bukan ayah atau ibu yang menyembunyikan kotak suara itu, tapi aku sendiri yang telah menjauhkannya dari diriku sendiri. Telah kutemukan dan tak akan kututup lagi kotak suara itu. Aku tak mau lagi tinggal diam dan hanya membayangkan apa yang akan terjadi tanpa mengungkapkan perasaanku dulu. Karena keberanianlah yang akan membuka kotak suaraku. Karena keberanianlah aku bisa bersama Harry dan memiliki seorang bayi laki-laki yang lucu. Karena keberanianlah Fantasiku jadi cerita hidupku. Satu pesan dariku, “Beranikan dirimu dan temukanlah kotak suaramu!”.

Permalink 8 Komentar